Pages

Senin, 10 Oktober 2016

Bulangkop Short Story


         Papua itu sangat cantik, sangat. Sebelumnya tidak pernah terbesit sedikitpun di benak saya, kalau akan tinggal beberapa waktu di provinsi paling timur Indonesia ini. Di pedalaman Papua, tepatnya di kampung Bulangkop, Distrik Okaom, Kabupaten Pegunungan Bintang. Tempat yang membuat orang selalu bilang “Wow” ketika tau saya pulang dari sana.

      Memang, kemampuan bertahan hidup benar-benar teruji di sana. Ialah semangat dan ketulusan, yang membuat segala keterbatasan seolah menjadi tantangan yang indah untuk ditaklukkan. Tapi, dari sekian banyak tantangan di tempat pengabdian, tak kalah banyaknya pula hal-hal yang membuat kita sangat mudah merindukan masa-masa pengabdian. Yaitu..

Rindu masyarakatnya yang sangat ramah

Kapanpun dan di manapun, dari anak-anak, bapak-bapak, dan mama-mama selalu menyapa kita setiap kali bertemu, “Pagi pak guru” atau “Pagi bu guru”. Hal yang tidak saya temukan di Jawa. 
Hampir setiap hari pula, mereka berbagi hasil kebun untuk bahan makanan kita, terutama sayur, boneng, juga kayu bakar untuk memasak.

Rindu kabut, dingin, dan sunyinya

Seperti layaknya di pegunungan, seringkali lingkungan sekitar berhias kabut. Indah. Tapi hawanya, mulai pukul 3 sore dan seterusnya, itu sudah seperti terpasang AC di mana-mana. Apalagi ketika pukul 3 subuh. Tidur pun harus selalu memakai sleeping bag, atau paling tidak selimut tebal.

Rindu tidak ada sinyal

Ada sisi tenang yang nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata, ketika hp hanya bisa digunakan untuk foto-foto, permainan, dan mendengarkan musik saja.

Rindu riwa-riwi dari Bulangkop ke Oksibil dan sebaliknya

Oksibil adalah ibukotanya Pegunungan Bintang. Kampung Bulangkop merupakan salah satu kampung terdekat dari Oksibil, bisa dijangkau dengan transportasi jalur darat dan memakan waktu sekitar 45 menit perjalanan. 

Tetapi medannya, semacam menguji adrenalin. Jalanan makadam, batuan lepas, naik turun tajam, kanan/kiri jurang, jembatan kayu yang sudah mulai rapuh. Seru. Yang penting jangan sering sering naik ojek, kalau tidak ingin tulang ekornya pindah ke punggung. Sarana transportasinya yaitu Taxi dengan biaya Rp 50.000,- atau ojek Rp 150,000,- sekali jalan, bukan PP.

Rindu cuci-cuci di kali (sungai)

Sungguh menyenangkan cuci-cuci di kali, bisa diucek-ucek sendiri bajunya. Coba kalau cuci di laundry, pasti nggak boleh. Belum lagi serunya kejar-kejaran dengan baju yang hanyut terbawa deras arus sungai. Berlarian di atas batu-batu, demi memperjuangkan sehelai baju.

Belum lagi romantisnya musik alam yang setia menemani, gemercik aliran sungai diiringi bebunyian daun dan ranting yang saling bergesekkan karena tiupan mesra angin. Juga sesekali burung-burung besar langka yang melintas, menjadikan suasana sedikit mencekam, tetapi tetap mengagumkan.

       Dan masih banyak, sekitar 329.724 alasan lagi yang membuat kampung Bulangkop mudah sekali untuk dirindukan. Lebih lengkapnya ada di buku yang sedang saya tulis “Yepmum Bulangkop”, yang perkiraan terbit ditahun 2027. hehe

      Untuk sedikit mengobati rasa rindu, atau sedikit menjawab rasa ingin tahu, berikut video dokumenter berisi ringkasan perjalanan selama 1 tahun kami menjadi pengajar -yang sebenarnya malah lebih banyak belajar- di Kampung Bulangkop (SD Inpres Bulangkop & SMP Negeri Bulangkop).


Terima Kasih SM-3T
Terima Kasih Papua


6 komentar:

  1. Terharu :") sangat menginspirasi. Semoga bisa melanjutkan perjuangan kakak

    BalasHapus
  2. Luar biasa atas pengabdian yg tak terhingga tuk membentu karakter anak bangsa di paling timur Indonesia.
    Terima kasih atas segala upaya yg telah diberikan.
    Hanya Allah swt yg dapa membalas setiap tetesan keringat dan dgn segala kekurangan dan keterbatasan yg ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2
      Aamiin, semoga pendidikan yg layak dapat dirasakan semua saudara kita di manapun berada :)
      Aamiin

      Hapus
  3. Luar biasa atas pengabdian yg tak terhingga tuk membentu karakter anak bangsa di paling timur Indonesia.
    Terima kasih atas segala upaya yg telah diberikan.
    Hanya Allah swt yg dapa membalas setiap tetesan keringat dan dgn segala kekurangan dan keterbatasan yg ada

    BalasHapus
  4. Luar biasa atas pengabdian yg tak terhingga tuk membentu karakter anak bangsa di paling timur Indonesia.
    Terima kasih atas segala upaya yg telah diberikan.
    Hanya Allah swt yg dapa membalas setiap tetesan keringat dan dgn segala kekurangan dan keterbatasan yg ada

    BalasHapus