Pages

Sabtu, 04 Februari 2012

Why Called Kawur


Hai,


            Dalam pergaulan sehari-hari, pastinya sebagian besar dari kita punya nama panggilan yang khas dari orang-orang sekitar. Entah panggilan itu berasal dari nama binatang (kebo, kambing, sapi, dll), nama suku (ambon, jawa, madura, dll), jenis rambut (kribo, gundul, botak, dll), bentuk badan (gendut, keceng, cungkring, dll), dan yang nggak habis pikir, ada seorang temenku yang panggilanya adalah kotoran manusia, alias e*k. Gak tau karena baunya kayak e*k, atau karena mukanya yang kayak jamban. Bayangin aja, kalo mau manggil dia waktu di kantin atau di rumah makan. #ayahab. Beberapa nama panggilan memang muncul karena penilaian bentuk fisik seseorang, tapi beberapa nama panggilan lainya berasal dari kejadian-kejadian “momen” yang membuat seseorang dipanggil dengan sebutan tertentu. Begitu juga dengan aku. apesnya, nama panggilanku berasal dari nama penyakit, dan boleh dibilang itu adalah penyakit yang kurang terhormat. Tau apa? Yaa.. panggilanku adalah “Kawur”, yang merupakan sejenis penyakit kelamin, yang menjangkiti bagian selangkangan laki-laki. huftt.

            Tapi perlu digaris bawahi, aku dipanggil kawur bukan karena pernah atau sedang mengidap penyakit itu. sekali lagi, aku dipanggil kawur bukan karena pernah atau sedang mengidap penyakit itu. naudzubillah yah.. *nada syahroni*. Panggilan kawur itu ada sejarahnya. Makanya aku bikin postingan ini agar teman-teman dan khususnya calon pacar nggak salah paham soal menyoal panggilan absurdku yang santer sejak SMA ini.


Sejarahnya

            Jadi ceritanya, dulu ada mantan pemain sepak bola profesional yang pensiun dini akibat cedera, beliau bernama Sunarko dan berasal dari Malang. Waktu masih aktif sebagai pemain sepak bola dulu, beliau tercatat pernah memperkuat kesebelasan Petrokimia Putra Gresik yang pada masanya merupakan salah satu klub besar di tanah air, dan juga pernah memperkuat tim asal pulau Kalimantan (lupa nama klubnya). Gak tau gimana ceritanya, om Narko (panggilan akrab beliau) bisa terdampar di kampungku. Mungkin karena saat itu SSB (Sekolah Sepak Bola) dari kampungku, SSB Naga Mas sedang naik daun. Om Narko sering ikut dalam latihan SSB Naga Mas yang dihelat selama 2x dalam seminggu, yaitu hari Rabu dan Jumat. Pada suatu hari, seusai latihan om Narko memanggilku bersama 2 temanku, Hajir dan Fajar. Beliau mengajak kita untuk latihan tambahan pada hari Minggu di lapangan Rampal. Alasan beliau memanggil Hajir dan Fajar sudah jelas, karena mereka memiliki kelebihan skill dalam bermain sepak bola. Kalo aku dipanggil saat itu mungkin karena kelebihan semangat aja. Oke, fine.

            Minggu sekitar jam 10an pagi di Rampal. Setelah melahap semua menu latihan fisik dari om Narko, sambil istirahat kita dikasih wejangan-wejangan yang intinya, jika kita menginginkan sesuatu hal, maka jangan setengah-setengah, lakukan dengan sepenuh hati. Seperti halnya dalam sepak bola, jika kita ingin jadi pemain sepak bola, kita harus latihan dengan sungguh-sungguh, bila perlu tambah porsi latihan sendiri. Buat apa ikut SSB, rajin datang latihan 2x sampe 3x seminggu, kalau kelak tidak menghasilkan apa-apa buat kita. “Jangan seperti kawur-kawur itu”, sambil tangan beliau menunjuk ke arah sekumpulan pemuda yang sedang asyik bermain sepak bola yang berada sekitar 10 meter dari tempat kami. Gak ngerti, apa yang dimaksud “kawur” oleh om Narko saat itu. Mungkin, orang yang suka sepak bola, cinta sepak bola, tapi tidak menekuni dengan sungguh-sungguh. Sejak saat itu, aku dan Hajir sering becandaan dengan saling memanggil kawur. Tapi gak tau kenapa, jadinya aku yang identik dipanggil “kawur”, sampe sekarang. 


Yiiiaaah…. That’s a little history about my nickname.


Foto Jadul SSB "Naga Mas"
SSB Naga Mas U-14



Postingan ini dibuat tanpa mengurangi rasa banggaku pada nama asli (pemberian orang tua). 
"RUSYDI SALAM".

Sekian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar