Pages

Sabtu, 04 Juni 2011

MALANG TEMPO DOELOE


Halo,

            Sebagai arek Malang, kayaknya gak afdol kalo gak bahas even tahunan yang juga serangkaian bentuk perayaan hari jadi kota Malang yang jatuh tepat pada tanggal 1 April. “Malang Tempo Doeloe” (MTD) atau juga biasa disebut “Festival Malang Kembali”. Even ini diadakan setiap pertengahan Mei (agak jauh sama 1 April), even yang bertujuan untuk mengenang dan melestarikan budaya kita, khususnya Kota Malang dari pesatnya kemajuan jaman. MTD diadakan di sepanjang Jl. Ijen, tahun ini (2011) merupakan even MTD yang ke VI. Seperti judulnya, “Malang Tempo Doeloe”, semua yang ada di sini bernuansa tempo doeloe, dari setting tempat, pengunjung dan penjual, stand, waroeng-waroeng, dan yang pasti pernak-pernik aksesoris, makanan, sampai camilan yang diperjual belikan juga yang tempo-tempo dulu, seperti gulo kacang (kacang & gula merah), Roti moho, gulali, arbanat, dll.


Arbanat dan Roti moho

             Menurut berita yang aku baca (maaf lupa sumbernya), Pada tahun pertama penyelenggaraan MTD (2006) terdapat 100 stand yang berdiri di sepanjang Jl. Ijen, sedangkan tahun ini mencapai 500 stand, dan seperti biasa, komposisi stand terdiri dari, stand makanan tradisional, jajanan & minuman tradisional, kerajinan, batik, mainan anak-anak, barang antik, dan jasa tradisi. Dari 100 ke 500 stand, itu berarti animo masyrakat terhadap even ini semakin tahun semakin bagus.

Bapak Walikota Malang, Peni Suparto (depan tengah) tampak hadir dalam pembukaan MTD.
 
Tapi ada yang mengganjal di segenap hati dan pikiranku, yang membuat antusiasme pribadiku terus menurun dari tahun-ketahun terhadap even unyu ini. Selain crowdednya yang semakin tahun semakin tak terkendali, ada satu hal lagi yang membuat aku gak nyaman dan se excited dulu. Yaa…  masalah pengunjung yang semakin ogah-ogahan pake pakaian ala tempo doeloe. Berdasar pengamatan pribadi (yang gak pernah absen dari MTD I sampai VI ) yang paling asyik dan unyu adalah MTD pertama, karena pada saat itu semua pengunjung yang datang, memakai badjoe ala tempo doeloe, memang ada sih yang pake baju biasa, tapi sangat sedikit sekali.

Sayangnya, dari tahun-ketahun, MTD II, III, IV, V, dan VI, budaya memakai pakaian ala tempo doeloe semakin luntur, entah gengsi atau bener-bener gak punya. Yang ada malah dengan bangga pake baju yang baru beli dari distro. Paling enggak kan, pake batik/ kopyah/ sarung dislemprangin di bahu semata untuk menghormati tema, dan tidak mengurangi makna dari “MALANG TEMPO DOELOE” agar bener-bener terasa. naa… kalo semakin tahun, semakin gaol geto, terus apa bedanya MTD dengan PASAR MALEM ??!

PALING ENGGAK ADA BEDANYA LAH, ORANG MAU KE MTD, SAMA ORANG MAU KE MOG (MALL OLYMPIC GARDEN).

Saran untuk MTD selanjutnya :

Pertama, bagi yang tidak memakai baju ala tempo doeloe diwajibkan membayar Rp 3000,- dan yang memakai baju ala tempo doeloe tanpa dipungut biaya. (hasil/dana bisa digunakan sebagai penunjang biaya operasional even, ataupun disumbangkan kepada saya Panti Jompo yang notabene merupakan saksi hidup tempo doloe.

Kedua, Penyelenggara menetapkan satu hari (dari 4 hari tsb.) dimana SEMUA PENGUNJUNG, PEDAGANG, BAHKAN PANITIA SENDIRI, DIWAJIBKAN MENGENAKAN BAJU ALA TEMPO DOELOE, TAK TERKECUALI, selama berada di area MTD. Bagi yang tidak mengenakan baju ala tempo doeloe, dilarang masuk.

P.S. : Baju ala tempo doeloe tidaklah harus mirip dengan apa yang dikenakan orang2 jaman dulu. Paling tidak kita memakai kopyah/ sarung/ blangkon/ batik atau semacamnya.
                     
                            few pictures that I can catch about MTD


Yang bertanda silang merah adalah pengunjung MTD yang salah kostum, dan yang bertanda contreng hijau, itu yang bener.

ihiiiir...
yang tengah berdiri, ganteng.


Bukan.., bukan tuna netra kok..



Sumber gambar & refrensi :
http://nengbiker.com/2010/05/malang-tempo-doeloe/
http://toniahmad.blogspot.com/
http://foto.ksupointer.com/2009/
http://malangnews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar