Pages

Rabu, 04 Juli 2012

Tanda Luka di Bibir



“Kriiing… kriiing..” Bel sekolah berbunyi nyaring, tepat pukul 11.30 WIB, menandakan jam pelajaran hari itu telah usai. Setelah berdoa, para siswa Madrasah Ibtidayah Islamiyah (setara dengan Sekolah Dasar) segera bergegas untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Begitu juga dengan Bayu. Siswa kelas 3 yang dikenal cerdas dan aktif, yang letak rumahnya kurang lebih cuma 50 meter dari tempat dia menuntut ilmu.

“Assalamualaikum”  teriak Bayu sambil membuka pintu rumah.

“Wa’alaikumsalam” jawab ibunya yang saat itu sedang sibuk di dapur.


            Tanpa menunggu komando, Bayu lekas mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian sehari-hari. Sejurus kemudian dia masuk ke kamar, menyalakan VCD player, dan memutar lagu-lagu kesayanganya yang tak lain adalah lagu-lagu India. Agak unik memang. Sambil tiduran Bayu menikmati lantunan khas Bollywood itu dan sesekali ikut bernyanyi, hingga akhirnya dia tertidur pulas.

            Seperti biasa. setelah Bayu tertidur pulas, tugas ibunya, mematikan VCD player yang masih menyala di antara tidur siang putra mungilnya itu. Dan tak lupa beliau untuk mengecup dahi Bayu sembari berkata lirih “Jadi anak yang pinter ya le..” (Jadi anak yang pinter ya nak..)

            Yaa.. begitulah keseharian Bayu tiap pulang sekolah. Kecuali kalo ada temenya yang main ke rumah, atau ada sanak saudaranya. Dia pasti lebih memilih bermain bersama, dan sementara mengabaikan lagu-lagu Indianya.

Suatu hari.

            Pulang sekolah. Bayu yang terlihat lebih lelah dari biasanya, yaa.. karena paginya ada pelajaran olahraga, mungkin dia terlalu bersemangat menjalaninya.

“Assalamualaikum” ucap Bayu sambil memasuki rumah, kemudian mencium tangan ibunya yang kebetulan saat itu lagi duduk-duduk melepas lelah di ruang tamu.

            Seperti biasa, ritual atau rutinitas Bayu sepulang sekolah. Di kamar, memutar lagu-lagu India dari VCD player, hingga akhirnya tertidur pulas. Tapi kali ini dia lupa mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian sehari-sehari. Lebih tepatnya bukan lupa, tapi malas. Mungkin karena kelelahan tadi. Bayu pun tertidur dengan keadaan masih memakai seragam sekolah. Ibu Bayu yang mendapati itu, segera membangunkan Bayu agar berganti pakaian dulu..

“Bayu.. Bayu.. ganti baju dulu nak.. habis itu tidur lagi” kata Ibunya sambil menepuk-nepuk pelan kaki Bayu.

“hmm.. iya bu..” jawab Bayu setengah sadar, tapi tak lama kemudian tidur lagi.

Karena Bayu belum ganti pakaian juga, ibunya mencoba membangunkan lagi.. “Bayu.. ayo ganti baju dulu nak.. kan besok seragamnya dipake lagi”

“Iya iya.. sebentar lagi..!!” Kali ini Bayu menjawab dengan nada menyentak, tapi tetap dia tidak melaksanakan perintah ibunya.

Ibu Bayu mulai geram. Kali ini beliau membangunkan Bayu dengan nada G# Minor (baca: dengan nada marah). “Bayu..!! ayo bangun..!! ganti seragamnya.!!. nanti boleh tidur lagi!!” kata beliau sambil menggoyang-nggoyangkan badan Bayu.

Mungkin karena merasa geram juga, sedikit lepas kontrol Bayu mengucapkan kata yang kurang pantas, yang tidak tau dia belajar dari mana mengucapkan kata itu.. “oo.. janc*k..! iya iya..” sambil perlahan dia bangkit dari tidurnya.

“heh..! ngomong apa kamu Bayu..!!” bentak ibunya sambil seperti mencari-cari sesuatu di sekitarnya.. Sejurus kemudian.. “Plaaakkk..!” Ibu menampar bibir Bayu dengan Sendal. Ibu tak pernah semarah ini.

Seketika Bayu menangis kencang dan memegangi bibirnya yang kesakitan.. tanpa disadari, darah mengucur segar dari kedua tanganya yang sedang memegangi bibir. Bayu panik. Ibunya lebih panik. “haduu.. Bayu maaf.. Bayu, ibu nggak sengaja” Sementara Bayu hanya bisa menangis sambil sesekali melihat tanganya yang berlumur darah.

Meski mengeluarkan cukup banyak darah, luka di bibir Bayu ternyata tidak begitu parah. Setelah beberapa kali Ibu Bayu mengusap darahnya dengan tisu, lukanya sudah mulai mengering. Saat itu pula Bayu berhenti menangis dan kali ini Ibu Bayu membantu Bayu untuk berganti pakaian. Mungkin karena kelelahan menangis, beberapa saat kemudian Bayu kembali tertidur. Ibunya pun tak lupa untuk mengecup kecil dahi anaknya yang saat itu masih sedikit berkeringat, sambil berkata lirih “Maafin ibu ya nak.. ibu sayang Bayu.. Bayu jangan nakal lagi” Tanpa disadari, saat itu pula Ibu menitikkan air mata, entah karena menyesal karena perlakuanya pada Bayu, atau karena kecewa pada dirinya sendiri yang merasa kurang benar dalam mendidik, hingga anaknya bisa berucap kata yang tidak sopan.


Saat ini, Bayu sudah dewasa. Usianya sudah 22 tahun.


            Bayu bekerja di tempat yang jauh dari tanah kelahiranya. Dia merantau. Jadi, sudah  tidak setiap hari dia bisa bertemu dengan seseorang yang mungkin bagi Bayu adalah malaikat tak bersayap. Ibunya, yang saat ini tatap matanya sudah sayu, tak setegas dulu, kulitnya pun sudah mulai berkerut, dengan guratan-guratan di dahi dan di senyum kecilnya karena getir-getir kehidupan.


            Tapi, hari ini Bayu bahagia. Hingga dua minggu ke depan dia libur kerja, dan pastinya Bayu tak akan menyia-nyiakan waktu itu. Dia mudik.

        Saat berada di Bandara, menjelang pulang ke kampung halamanya. Tak sengaja Bayu melihat sepasang suami istri yang sedang bertengkar hebat dan saling mengumpat, saling mengucap kata-kata yang kurang pantas, seolah mereka tak sadar kalau mereka sedang berada di tempat umum, tepatnya di depan toilet umum bandara. Bayu hening sejenak, dalam hatinya dia berkata “oh gitu ya, pasti malu dan sakit rasanya, punya istri atau suami yang nggak bisa menjaga perkataanya, apalagi di depan umum” 

        Sesaat kemudian dia menoleh ke arah cermin yang kebetulan menempel di tiang penyangga di salah satu sudut bandara. Dia mengelus bekas luka yang masih terlihat jelas di bibir bawahnya. Dia tersenyum kecil, karena beberapa saat lagi akan bertemu dengan wanita pembuat luka di bibirnya itu, pahlawan dari semua pahlawan dalam hidupnya, pemilik senyum tercantik di dunia. Yaa.. siapa lagi kalo bukan Ibunya. Lilik Latifah.



Yaa.. She’s My Supermom,
dan nama asli Bayu adalah Rusydi Salam :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar